Pencarian ini hanya berfungsi saat di Halaman Depan
atau Gunakan Fitur Pencarian Explore

'Jihad' Bom Jelang Ramadhan, Dakwah Seorang Putus Asa?

'Jihad' Bom Jelang Ramadhan, Dakwah Seorang Putus Asa
Image source: DW.com/Indra Abriyanto/AFP/Getty Images

Telah terjadi bom yang diduga aksi bunuh diri pada lingkungan Gereja Katedral di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Jl Kajaolalido - MH Thamrin, Minggu (28/03/2021). Membuat
 22 pihak yang terdiri dari 20 warga luka parah, serta 2 pelaku teroris yang meninggal akibat ledakan bom. Para warga yang mengalami luka parah telah mendapatkan perawatan di RS Akademis. Petugas keamanan pihak Gereja telah berhati-hati dengan menahan dan menanyai orang yang mengendarai motor saat masuk ke tempatnya. 

Ledakan terjadi begitu cepat ketika para pelaku mencoba menerobos masuk ke dalam Gereja tersebut. Bom yang diduga bunuh diri meledak seketika disaat berdekatan dengan pintu gerbang oleh security (petugas keamanan).

"Kepada seluruh masyarakat, pemerintah berharap agar tetap tenang dan tidak terpengaruh bom yang dilakukan pihak tak bertanggung jawab," jelas Pak Mahfud MD, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dalam Press Conference, Minggu (28/03).

Argumen Pertama. Seandainya, jihad fi sabilillah ingin memajukan Islam yang moderat hendak ditegakan di Makassar atau di Indonesia ini, mengapa tidak mendahulukan dakwah Islam seperti Ustadz Zakir Naik, yang orang berbondong-bondong masuk Islam dengan kehendaknya sendiri, setelah mendapat pelajaran sang Da'i di sebuah majelis dan mendapat hidayah dari Allah swt. Bukanlah sebuah aksi ajakan dakwah jika bentuknya kekerasan apabila kita sedikit saja mau dan ikhlas berusaha mensyiarkan Islam dengan cara-cara yang mulia dan tutur kata dan perilaku yang baik.

Tapi, mengapa kalian (pengebom bunuh diri) putus asa? Hingga menggunakan kekerasan mengakhiri non-muslim? Karena kita tahu waktu hidup yang masing-masing kita miliki selalu cukup. Tidak pernah kita yang namanya kehabisan waktu. Karena akselerasi waktu itu, tidak ada masalah sedikitpun bagi Allah swt, bukan lah 5 tahun, bukan pula 1 bulan, 1 malam pun jadi, jika kata Allah Kun Fa Yakun, kepada orang-orang yang tercerahkan atas keinginannya sendiri akan memeluk Islam. Bukan dipaksa, atau dibunuh.

"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, maka bertasbihlah dalam dengan Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat." {Al Qur'an:110:1-3}

Argumen Kedua. Seandainya, jihad fi sabilllah ala Islam yang moderat ingin ditegakan kepada Umat-Umat Non-Muslim, mengapa tidak berusaha sedikit saja membayangkan apa yang akan terjadi jika seluruh warga di Indonesia diwajibkan Islam? bukankah akan terjadi masalah? dari konflik keluarga, konflik masyarakat, konflik unit usaha dan pekerjaan, konflik pelayanan publik, konflik hukum, konflik kebudayaan, konflik horizontal pemerintahan, hingga konflik vertikal petugas keamanan bangsa. Tidak mau itu terjadi kan?

Tapi, mengapa kalian (pengebom bunuh diri) putus asa? Hingga menggunakan kekerasan mengakhiri non-muslim? Karena kita tahu jika kita bisa membuat strategi dakwah yang membela NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika, maka kita bisa menghindari yang namanya konflik-konflik yang sangat berbahaya, namun di satu sisi kita juga bisa memberikan dakwah Moderasi Islam Jihad fi sabillah kepada non-Muslim di situasi-kondisi yang berakhlak dan tidak memaksa akan kepentingan diri kita sendiri. Apakah kita siap untuk ber-AKHLAK?

"Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir!. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah., Untukmu agamamu, dan untukku agamaku." {Al Qur'an:109:1-6}

Argumen Ketiga. Seandainya, jihad fi sabilillah Islam moderat ingin disebarkan ke seluruh Nusantara Indonesia, mengapa tidak memulai jihad Islam yang sebenarnya dengan membantu fakir miskin dan saudara kita yang kelaparan seperti sedekah sembunyi-sembunyi, lalu kita mendapat balasanya dari Allah swt di rutinitas hari-hari kita, kemudian kita dakwah dan ceritakan kepada khalayak manfaat dari sedekah kita telah membuat perubahan hidup di diri kita di akhirat nanti, dan juga cerita-cerita manfaat di dunia ini akibat jihad sedekah itu. Mungkin saja pihak-pihak Non-Muslim tercerahkan dan mau bergabung dengan Agama Islam secara sukarela atau tanpa paksaan.

Tapi, mengapa kalian (pengebom bunuh diri) putus asa? Hingga menggunakan kekerasan mengakhiri non-muslim? Mengapa kita kita tidak belajar Islam dengan yang lebih Utuh/lengkap? mungkinkah kita hanya setengah-setengah, sumber bacaan, dan ketemu guru yang keliru? mengapa kita melakukan tindakan bom bunuh diri di tempat yang tidak sepantasnya? Hal ini tidak ada anjurannya dalam Islam.

"Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad saw, 'Islam bagaimanakah yang baik?' Beliau menjawab, 'Kamu memberi makan, menebarkan salam baik terhadap orang yang kamu kenal maupun terhadap orang yang tidak kamu kenal.'" [HR.Bukhari: 5767]

Tragedi Gereja Katedral Makassar menciderai rasa ke-bhinneka-an Indonesia. Tidak ada contoh dalam agama manapun menyerang pemeluk agama lain dengan motif apapun, termasuk dalam Islam. Nabi Muhammad SAW selalu memberikan contoh untuk berlaku adil kepada setiap penduduk tanpa membedakan warna agama, aliran dan kepercayaan. kata Pak Boy Rafli Amar, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme RI.

Sumber data:  cnnindonesia.com, tribunnews.com, makassar.tribunnews.com, bbc.com, instagram.com/bnptri, quran.kemenag.go.id, instagram.com/haditsapp


Komentar?TulisTutup